Jumat, 27 Juli 2018

Si Bocah Anak Desa Bertualang Ke Negeri Orang


https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07#anak-desa-menyanyi-dan-bermain-musik-di-tepian-laut.html


Sambil duduk di atas bangku panjang, ia membaca buku seakan-akan buku ini teman yang paling akrab. Si bocah wanita berambut keriting menghampirinya sambil berkata.  “ Nenek lanjutkan ceritanya biar saya tahu bagaimana,  saat nenek masih muda berlayar ke  negeri seberang,” tanya sibocah rambut keriting dengan nada lirih ?  Sambil menutup buku ia berkata pada si bocah wanita berambut keriting itu, “ Jadi masih pingin dengar lanjutan ceritanya nenek,  tapi apa manfaatnya masa lalu nenek buatmu?, ”  kata nenek pada si bocah wanita berambut keriting itu.  “Akukan cuma pingin tahu saja ne, siapa tau suatu saat nanti aku juga keliling dunia, ha..ha.,” jawab si bocah itu meyakinkan neneknya.  Nenekpun luluh hatinya mendengar rayun dari si bocah wanita berambut keriting untuk melanjutkan cerita masa mudanya. 

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html

Untuk menjadi seorang pelaut ulung pertama, itu harus mencintai pekerjaan itu.  Apabila tidak maka sangat sulit untuk hidup  diatas kapal  karena banyak suka dukanya hidup diatas laut. Kedua harus punya surat-surat penting karena diatas kapal itu ibaratnya kita hidup dalam sebuah negara. Aturannya sendiri tidak seperti hidup di darat.  Setelah nenek tamat  dari Sekolah Pelayaran Pertama  Matros  Ancol  Jakarta  tahun  1940, nenek berlayar di dalam negeri dengan kapal seperti ini:  Kapal Waikelo  01 Agustus 1950, kapal Toba  tahun  1952, kapal Real tahun 1952 s/d 1953, kapal Pahut tahun 1953, kapal Valentin tahun 1953.  Waktu itu perusahan pelayaran kebanyakan dari Jerman dan Belanda.  Saat nenek masuk pertama di atas kapal itu Kaptennya Orang Israel. Orangnya tinggi besar namun baik hati. Ia memanggil nenek itu Nadus, kalau di kampungkan orang memanggil nenek itu,  Boli Pito. Semuanya itu dari permintaan perusahan jadi kita di kapal itu berpindah-pindah tempat. 

Walaupun kita sekolah pelayaran namun tidak memiliki sertifikat pelayaran sama saja, kita  lamar keperusahan tidak akan di terima. Nenek sendiri sampai mengambil surat seperti ini: Pelatihan keahlihan pelayaran Panderwala  Ancol Jakarta 1952  selama 3 bulan, Pelatihan  keahlihan Juru Mudi  Ancol Jakarta tahun 1953 selama 3 bulan, Pelatihan  keahlihan  mualim  3, tahun 1954 selama 3 bulan, Pelatihan keahlihan mualim  2,  tahun 1955 selama 3 bulan. Surat-surat seperti ini  kita  layak untuk berlayar.  Jadi sekolah itu sangat penting buat  kita kalau tidak orang akan menipu kita gampang saja.     “ Kamu mau supaya orang lain menipuh kamu  karena tidak tahu tulis baca?”  Tanya nenek pada si boca wanita berambut keriting itu.  Makanya kalau sekolah itu harus rajin dan serius dalam belajar, “ Ia ne saya serius belajar, “ jawab si bocah sambil membersihkan kening karena keringat bercucuran.

Nenek saat keluar Negeri pertama kali, saat itu masih sekolah untuk praktek. Kami berlayar dengan Kapal Cigli tahun  1941-1947  tujuan  Austraia. Saat keluar dari laut sawu ombak begitu besar  namun kapalnya panjang sehingga mengimbangi gelombang laut yang hampir setinggi rumah kamu di kampung lama itu. “ Ombak tinggi sekali tu ka ne, tapi bagaimana perasaan nenek saat itu, “ tanya si bocah berambut keriting begitu serius ? “ Nenekkan pertama kali  baru alami sehingga hati nenek berdebar juga tapi, nenek di kampung biasa selam untuk panah ikan le. “  jawab nenek menghibur hati si boca wanita wanita berambut kerting itu.  Nenekpun melanjutkan ceritanya.  Pada tahun 1951 nenek berlayar dengan menggunakan Kapal Karsik,  tahun 1951 s/d 1953 ke Suriname.   Kalau ke  Pnompen, Birma, Kamboja, Laos, Vietnam itu nenek muat beras, ikan kering daerahnya seperti kita di Lamahora, asam juga banyak.

Di Suriname itu orang Indonesia banyak yang hidup disana. Orang kita dari suku Jawa yang dulunya di bawa oleh orang Belanda untuk bekerja dan pada akhirnya menetap disana. Keturunan orang Jawa bedanya badanya tinggi besar tapi hidungnya tetap pesek. Orang Suriname juga memiliki bahasa Jawa seperti di Indonesia. Nenek Juga berlayar ke Madagaskar, Afrika selatan.

Selanjutnya nenek di Kapal Reinir 1953 /d 1954,  Mesir, Irak, Kuwait, Israel tujuan kami saat itu untuk mengambil kapal Musi  ke Indonesia.  Namun  saat itu pas musim haji sehingga  penumpang dari Indonesia itu banyak yang hendak beribadah di Tanah Suci di Arab Saudi.
Nenek pindah lagi ke Kapal Van den Burr  1954 s/d 1955,  dengan tujuan ke Kobe Jepang mengangkut biji besi.  Berlayar ke  Birma, Kamboja, Laos, Vietnam,  Afrika Selatan untuk muat beras, ikan asin.
Dan terakhir nenek di Kapal Musi untuk mengamkut minyak sejak akhir tahun 1955 s/d 3 Maret 1956,  dengan tujuan ke Kokos Australia,  pergi pulang. Kapal Musi itu kapalnya kecil  namun memiliki  ukuran panjang sehingga  menahan gelombang laut sawu. 

Begitulah cerita  nenek saat masih muda sebagai seorang pelaut.  Jadi kalau ada niat masuk ke sekolah pelayaran saja seperti nenek ya.  Nenek kerja di kapal dengan ijasa  tingkat II atau orang menyebut mualim II, jadi kalau ada niat sekolah sampai selesai jangan seperti nenek. Bapa besarmu dulu pernah sekolah juga tapi ia akhirnya menjadi seorang Tentara. 


https://anaklaut1.blogspot.com/2018/06#petualangan-anak-desa-mengarungi-laut-yang-luas.html



Akhir bulan Maret 1956 nenek pulang kampung, sesampainya di kampung terjadilah peristiwa pembunuhan Pater Conrardus Becher, SVD oleh teman kelas nenek saat kami sekolah di Lerek. Namanya Bernardus Baha Wawin orangnya nakal saat kami sekolah. Peristiwa pembunuhan saat itu nenek yang melindunginya di rumah. Kebetulan Bapa kecil nenek saat itu seorang temukun aparat desa namanya, Yohanes Kia Lejab.  Nenek yang antar pelaku pembunuhan sampai ke Lebala untuk di bawah ke Ende dan di penjarakan di Nusa Kembangan.  

Petualangan Anak Desa Mengarungi Laut Yang Luas

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html



Tatapan matanya seakan-akan hendak mengambil alih tugas namun karena sudah termakan usia sehingga tidak dapat berkata. Tiba- si boca wanita berambut keriting menghapirinya sambil berkata “ Nenek mau minum teh biar saya buatkan, “  tanya si boca tersenyum.   Sambil tersenyum ia berkata, “ Tidak usah, nenek sudah minum barusan.  Keduanya akrab dengan kesibukan masing-masing sambil bercerita.  Kamu bisa tidak melaut seperti nenek.  Tanya si bocah karena suara yang keluar dari ulut kurang kedengaran. Kamu bisa tidak turun ke laut seperti waktu nenek masih muda dulu. Denga spontan si bocah  berkata ia nene, setiap  hari libur kami turun laut untuk mandi.  

Nenek akhirnya mulai bercerita. Dulunya nenek hidup di atas laut dari satu tempat ketempat lain dengan berlayar menggunakan kapal-kapal besar.  Awalnya sejak nenek menamatkan pendidikan Standard Pervol Scoll tahun  1937 di Larantuka.  O, jadi nenek juga pernah sekolah ya. Ia nenek sekolah sejak jaman Belanda. Nenek masuk tahun 1934 setelah tamat sekolas dasar, dulunya SR Lerek  tahun 1932. Berpa lama nenek di sekolah dasar.  Tepatnya nenek masuk SR Lerek tahun 1929 sampai denga tahun 1932, berarti nenek butuh hanya tiga tahun waktu  dis ekolah.  Ko bisa  begitu nenek hanya tiga tahun, sedangkan kami sampai enam tahun. 


Duluh nenek sekolah tiga tahun dan bisa mengajar tapi nenek tidak maun dan melanjutkan hingga tamat di sekolah Belanda yakni Standard Pervol Scoll tahun  1937 di Larantuka.   Setelah nenek tamat  Standard Pervol Scoll nenek meninggalkan Larantuka menuju ke Kupang.  Dari Kupang berlayar ke Makasar dan kerja di salah satu perusahan baja yang ada di sana.  Dari perusahan baja nenek di panggil untuk masuk menggantikan se orang teman karena cuti sehingga posisi di kapal  lowong. Nenekpun akhirnya kerja di atas kapal selama beberapa tahun.  “Jadi nenek berhenti dari kapal ya, “  tanya siboca keheranan. Tidak, nenek tidak berhenti namun kerja di kapal itu bukan hanya kita  masak, atau bersihkan dek tapi harus punya kealihan juga.  “ O, begitu ya nenek, sahut si boca wanita keheranan.

Nenek berangkat lagi ke pulau jawa untuk melanjutkan sekolah di tanah jawa.  Tepatnya  Sekolah Pelayaran Pertama  Matros  Ancol  Jakarta  tahun  1940. Nenek menyelesaikan pendidikan di sekolah Pelayaran tahun 1943. Setelah tamat nenek mulai berlayar dari  satu pulau kepulau yang lain untuk melayani masyarakat Indonesia.  “Nenek,  setelah tamat kapal apa yang  pertama kali  di bawah. O ya, nenek berlayar  dengan Kapal Waikelo, tanggal 01 Agustus 1950 untuk mengangkut pasukan ke Ambon. Saat itu nenek menjadi mualim 3 di KM Waikelo yang mengangkut pasukan terakhir  yakni Pasukan Siliwangi yang di pimpin oleh  Kapten Kawilarang dan Slamed Ryadi. Berati nenek juga turut ambil bagian dalam peristiwa RMS ya.  Nenek hanya bawa kapal saja namun, pernah nenek baca  salah satu tulisan dalam buku yakni tentang peristiwa RMS.  Slamed Ryadi pada akhirnya di tembak mati di benteng viktori oleh orang Ambon. Anak Ambon itu adalah temannya sendiri saat masih sebagai tentara Knil Belanda sehingga kenal betul si Slamet Ryadi.  

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
Peristiwa itu nenek sangat prihatin karena saat masuk ambon musuh di darat mengangkat bendera merah putih.  Pada akhirnya kapal dari teman nenek yang membawah tentara lebih dulu semuanya menjadi korban. Nenek disuruh mundur dan memutar haluan untuk menurunkan pasukan dari arah belakang. Seperti osisi kita di waiteba namun, nenek harus putar kapal untuk turunkan pasukan di Lebala.  Dengan pasukan siliwangi yang di pimpin oleh Kapten Kawilarang pasukan kita akhirnya menang. Pasukan yang nenek bawah juga banyak yang luka parah sehing nenek dengan skoci mengangkut semuanya masuk dalam kapal untuk di bawah ke Surabaya. Namun pada  akhirnya Slamet Ryadi juga gugur di benteng Viktori. Setelah  pasukan kita  sudah menguasai Bapak Presiden RI tiba juga di Ambon untuk melihat situasi dan kondisi.  Saat Bapak Presiden tiba nenek menerima sandi mouree dari  Jakarta dengan pesan bahwa ibu Fatmawati telah melahirkan seorang anak perempuan. Bapak Presiden memberikan nama putri Maluku. Siapa ya nene kira-kira  namanya sekarang e, mungkin Putri Fatmawati  e. 

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07#anak-desa-menyanyi-dan-bermain-musik-di-tepian-laut.html

“ Setelah dari Ambon nenek berlaya lagi kemana ya ne, “ tanya si boca wanita berambut keriting. Seolah-olah ingin mengetahui semua peristiwa yang pernah nenek alami saat itu. “Dengan senyum diwajanya yang sudah berkeriput,” ia bekata keseluruh wilayah Indonesia. Nenekpun akhirnya menyelesaikan anyaman penutup belutu yang di pesan oleh bapa Yan untuk di  lepas di pantai Waijarang.  Si bocah pun mengiakan sambil berharap agar peristiwa yang di alami oleh nenek dapat dikisahkan kembali di waktu yang akan datang. Dengan cerita yang lain  dalam mengarungi samudara lautan ke Negeri seberang. 

Dari cerita ini memberikan semangat baru bagi si boca wanita berambut keriting merenung semua peristiwa ini daam hatinya. Ternya nenek diam-diam tapi sekolahnya tinggi juga ya. Kadang saya bawa buku bacaan kelihatan hobi membaca sangat tinggi. Nene Gelole menyiapkan namun,  jika ada buku baru di tangan pasti kita duluan makan.  Nene Gelole berkata, “ Kita makan lebih dulu besok itu nenemu ujian jadi birkan saja sebentar dia lapar baru makan” ha....nene ama.....

Anak Desa Menyanyi Dan Bermain musik di Tepian Laut


Menjelang matahari  terbenam suasana pantai semakin banyak orang berdatangan. Ada yang  sambil  duduk, ada yang berdiri seolah-olah ada acara pesta.  Apa bila  bulan purna  tempat ini  menjadi sebuah tempat berkumpul. Ada kumpulan orang tua, ada beberapa anak ada pula yang berbaur.  Semuanya seakan-akan  larut dalam diam dengan pikiran masing-masing.  Dari kejauhan terdengan bunyi gendang seolah membangnkan semua orang dalam heningnya malam. Seakan-akan purnama malam ini tak se begitu indah dari suara si boca wanita berambut keriting,  di iringi bunyi gendang nan merdu. Suasana yang tadinya  hening memberikan semangat  bagi semua yang berkumpul di atas hamparan pasir putih pesisir pantai Lamahora. Lelaki  ibu-ibu serta anak-anak muda  membuat sebuah lingkaran.  Lingkaran yang dibentuk dengan posisi  berdiri selang-seling diantara laki-laki  dan wanita. Semua orang larut dalam lagu dan tarian dolo-dolo. Jika sudah lelah dalam lagu dan tarian dolo-dolo maka,  ada yang duduk-duduk diatas pasir putih.  Ada yang mengantuk  memilih untuk pulang rumah, bahkan ada yang menghabiskan malam tidur diatas pasir. Ini merupakan hal biasa yang terjadi  apa lagi cuacanya panas  dan angin malam dari arah laut akan membuat mata ngantuk. 
 
https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
Di pagi ini semua anak-anak muda yang semalam tidur di pantai ada yang sudah bangun dengan cerita berbagai topik. Ada yang dengan posisi telungkup di atas pasir, ada yang menengada ke langit, ada yang menyamping, ada yang bentuk  tanda tanya, ada yang kelaut, kedarat semua posisi itu yang dirasa nyaman.  Yang menyamakan diri mereka adalah nowing/sarung yang dipakai dengan motif yang berbeda sesuai asalmotif dari budaya dan suku di tempat ini. Beginilah suasana pagi ini di pantai, anak muda tidak mungkin tinggal diam. Ada yang pulang rumah untuk mandi, minum kopi atau minum teh sehingga dapat memulai aktifitas kerjanya masing-masing. Anak-anak bermain kejar-kejaran diatas pasir kadang  berlari menceburkan diri di laut.  Berenang dan bermain pasir seolah sebuah impian tertuang dalam gumpalan-gumpalan pasir. Ada yang membentuk  pasir menyerupai rumah,  bukit bahkan ada yang membuat tulisan-tulisan sebagai bayang  impian masa depan.

Si Boca kecil berambut keriting berlarian sambil memegang kain sarungnya sambil berteriak kami cungkil matahari po...reu.  Apa  katamu tanya Resti sambil berteriak?   “ Kami cungkil matahari po reu”   Sambil ngomel ia berkata,  Semalam saya pulang kampung ada urusan jadi tidak ikut dolo-dolo le reu.... Tapi bagaimana dengan teman-teman, ada banyak tidak yang ikut bergabung, tanya Resti sambil berlari karena sudah hampir jam untuk masuk sekolah.  “ Banyak.....Nogo Losor juga baru pulang rumah tu “, jawab si boca wanita berambut keriting.
https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
 Banyak anak-anak mudah yang tidur semalam pulang rumah karena, ombak besar sehingga sarung mereka basah kuyup dan melanjutkan tidur di rumah masing-masing.  Pantas semalang begitu banyak yang tidur di pantai namun, semua pada pulang mengindari ombak besar. Mungkin karena bulan sudah tinggi sehingga air pasang naik. Kebiasaan air di muara ini jika memasuki bulan Juli maka, pondok-pondok kecil disepanjang pantai di genangi air laut. Terlihar dari jauh si bocah wanita terlihat begitu rapih hendak menuju sekolah.  Kebiasaan mengikuti acara pesta  baik itu pesata nikah atau sambut baru pasti pulangnya  larut malam. Namun jam masuk sekolah selalu tanpa tawaran. Biasa di istilahkan urat pesta tapi ingat,  sekolah tidak boleh terlambat.  

Ini yang terjadi di daerah ini karena,  budaya serta adat istiadat  lamaholot yang sudah tertanam dalam diri sehingga nyanyian dan tarian menjadi ajang untuk saling bergembiraria dikalah lelah saat lelah berkerja. Banyak aturan dari Gereja, sekolah yang melarang agar kebiasaan untuk pesta dikurangi atau ditiadakan cukup minum bersama saat  pulang dari acara sambut baru. Sekarang dari kepolisian sudah membatasi acara pesta hanya sampai jam 24.00.  Hal ini mungkin dapat mengurangi acara pesta namun sebaliknya. Orang mulai acar dolo-dolo sejak pulang gereja karena malam hari acara mc terlalu lama. Paling jam 22.00 acara dolo-dolo baru di muli karena mc kewago/omong banyak sehingga Cuma dua jam orang bergembiraria. Istilah bocah bakar batu bata saja kami joget dan menari le apalagi acara besar ini, elam bo tata. Inilah budaya yang  mesti di lestarikan dengan mengacu pada berbagai aturan adat sehingga mengikat agar masyarakat lebih memahami budaya lamaholot yang menyatukan berbagai suku.
               
https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
Jika hal ini baik tentu kita yakin seluruh eleman masyarakat akan bergandengan tangan untuk mempertahankan budaya Lamaholot. Namun banyak peristiwa  terjadi akibat dari pesta yakni kelebihan minum tuak sehingga banyak peristiwa perkelahian dan juga kecelakaan lalulintas. Hal ini yang tidak di inginkan akibat mabuk pesta. Apabila sudah mabuk mestinya istirahat biar segala urusan pesta tidak  terbengkelai.   Masyarakat butuh pendampingan terutama anak-anak muda agar tidak larut dalam acara pesta yang membawa masalah bagi banyak orang.  Akibat dari mabuk orang jadi malas sebaiknya tuan pesta menyiapkan obat tidur/ctm e.. sehingga tepat jam 24.00 acara  bubar, mo racun go hae ama ha..,

Kamis, 26 Juli 2018

LAUT ADALAH RUMAH DAN TEMPATKU BERMAIN


https://anaklaut1.blogspot.com/


Pagi-pagi buta si boca wanita berambut  keriting bangun dari tidurnya sambil mengusap-usap kedua bola mata, rambutnya dibiarkan terurai akibat rasa ngantuk yang berkepanjangan.   Si boca wanita berusaha berdiri dan berjalan mengikuti arah sambil mencari wadah/ember untuk dibawah pergi bersama bapak dan adiknya untuk mengambil pukat yang telah tambatkan sejak semalam.  RambutNYA berwarna kuning bukan berarti  perwarna  rambut namun,  karena kebiasaannya menyelam di dasar laut  saat mencari rumput laut yang terlepas akibat pukulan ombak laut pantai Lamahora.  Kadang kalah iapun mandi dan bermain bersama teman-temannya saat liburan atau pulang sekolah. 

Sesampainya di pantai Lamahora  si boca wanita ini menyiapkan semua peralatan untuk dibawa saat mecari hendak mengambil pukat. Karena dinginnya laut di pagi buta si boca ini  duduk di haluan perahu dan berusaha menahan dinginya laut  sambil memandang dan mencari pukat yang semalam ditambatkan dengan mengunakan senter.  Setelah menemukan pukat si boca wanita berusaha menarik secara perlahan sambil memeriksa apakah  ada rejeki hari ini atau tidak.  Dengan hati yang gembira jika melihat ada yang terjaring pada pukat  yang di tarik. Kadang kala jemari tangannya tertusuk duri ikan sampai berdarah seakan-akan tak terasa sakit akibat begitu senangnya melihat hasil tangkapan ikan.  Kadang kala si boca wanita berambut keriting menjerit ke sakitan karena jemari tangannya tertusuk  duri ikan baronang/pahada dan  ikan beripa yang  beracun.
Ketertarikannya akan alam laut  semakin hari-semakin berkembang,  ini akibat saat ia lahir  plasentanya di bersihkan oleh orang tuanya di laut secara tidak sengaja.  Pikiran orang tua bahwa itu akan mempermudah untuk membersihkan kain-kain kotor  saat si boca lahir. Dibalik semua itu ada hal yang baik yang tumbuh dalam diri si boca wanita berambut keriting  untuk  mencintai alam laut.  Ini hanya sebuah mitos namun,  kenyataan telah tumbuh dalam dirinya sebagai bukti bahwa laut adalah rumahku. 

Kesehariannya saat  pulang sekolah sehabis makan si bocah wanita berambut keriting  menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh bapak dan ibu guru sebelum ia bermain.  Kebiasaan sesudah menyelesaikan semua pekerjaan di rumah si boca  wanita  berjalan menyusuri pantai sambil berlari-lari kecil.  Kadang kala terdengar terikan  memanggil orang-orang di sekitar pantai,  temi bogor..............temi  bogor...........    Ini sebuah isayarat mengingatkan anak-anak untuk berlari sesegera mungkin kepantai karena,  ada ikan-ikan yang sudah berhaburan di atas pasir yang diburu ikan-ikan besar.  Semua anak-anak berlarian dengan membawa ember dan kantong plastik ditangan masing-masing untuk mengambil ikan-ikan yang berhamburan diatas pasir di sepanjang pantai Lamahora.  Itulah hidup keseharian anak-anak  mencari tambahan lauk dengan begitu mudah karena, tinggal menunggu buruan yang dilakukan ikan-ikan besar untuk menangkap ikan-ikan kecil seperti tembang/sarden disepanjang pantai Lamahora. Tidak perlu susah-susah mencari ikan di laut cukup duduk manis ikan akan datang dengan sendirinya.   Itulah kebiasaan anak-anak kecil yang memiliki dunia laut sepanjang pantai Lamahora,  tak ketinggalan juga si boca berambut keriting serta adik-adiknya.

https://anaklaut1.blogspot.com/
Peristiwa ini terjadi sebelum adanya kapal-kapal besar penangkap ikan dengan menggunakan pukat-pukat besar untuk menangkap , bahkan koral dan karang juga dibawa kabur oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawa.  Kebiasaan ini terjadi setiap hari namun dibiarkan begitu saja mungkin yang ada dalam benak tidak terpikir apakah hal ini dapat merusak lingkungan laut dengan eko sistemnya atau tidak.  Apakah ada pihak yang bertanggung jawab ?  Semestinya kita semua bersatu untuk memerangi semua persoalan yang terjadi  akibat perusakan lingkungan laut dengan menebarkan pukat harimau dimuara laut Lamahora yang menjadi tempat bertelurnya ikan-ikan kecil.  Hal ini dibiarkan terus menerus maka, suatu saat nanti pantai Lamahora yang dulunya begitu indah   hanyalah sebuah cerita menarik yang  dikenang anak cucu kita. 
Dengan keadaan yang memprihatinkan ini maka, si bocah  wanita yang berambut keriting ini dengan dunianya di laut sebagai tempat bermain  ditinggalkan bahkan,  budi daya rumput laut yang dulunya begitu digemari untuk membantu pendapatan keluargadi sudah tidak ada lagi  karena, laut seakan-akan sudah tidak bertuan akibat orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang merusak lingkungan alam laut.  

Ia pernah mencoba menggeluti dunia angka namun niatnya tidak kesampaian karena bukan pilihan yang tepat bagi diri untuk berkarya.

Dari rasa keprihatinannya  maka si boca wanita berambut keriting ini terpanggil untuk mengarungi lautan  luas untuk menghibur hatinya yang sudah terluka.  Dengan semangat dan tekat dalam hatinya si boca wanita keriting mendalami dunia laut yang bagi sebagian wanita itu suatu hal yang mustahil.  Dengan semangat yang berkobar akhirnya niatnya pun di teruskan dalam dunia  pendidikan yang di rasa cocok untuk menghibur hatinya lewat kerja nyata. Dari penelusuran ia mencari dunia perguruan tinggi dalam bidang dunia laut yang tanpa diketahui oleh  kedua orang tuanya.  Ia pun menemukan salah satu sekolah yang pada umumnya masayakat  Lamahora tidak mengenal sekolah ini namun, dengan bantuan jaringan internet ia pun dapat menemukannya. 

https://anaklaut1.blogspot.com/
Dengan berat hati  si boca wanita berambut keriting mengutarakan niatnya kepada kedua orang tuanya apa yang menjadi impian dan harapannya.  Orangtua meyetujui namun,  memberikan beberapa pilihan seperti arsitek, statistik, wartawan dengan alasan sebagai seorang wanita agak sulit untuk dunia laut.  Dengan spontan ia menjawab, aku mau keliling dunia dengan mengarungi luasnya lautan sebagai rumahku. 

Orangtuapun mengiakan keinginan  si boca wanita  yang menjadi impian dan harapan serta niat demi masa depannya di kelak kemudian hari.  Niat si boca wanita pun diteruskan menyusuri  tempat dimana ia akan melanjutkan pendidikan yakni  tempat yang  asing bagi kami karena,  belum pernah menginjakan kaki ditempat ini.  Dengan perjalannan panjang kami tinggalkan kampung halaman menuju tempat yang menjadi impian dan harapan masa depannya di tanah jawa.