Jumat, 27 Juli 2018

Si Bocah Anak Desa Bertualang Ke Negeri Orang


https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07#anak-desa-menyanyi-dan-bermain-musik-di-tepian-laut.html


Sambil duduk di atas bangku panjang, ia membaca buku seakan-akan buku ini teman yang paling akrab. Si bocah wanita berambut keriting menghampirinya sambil berkata.  “ Nenek lanjutkan ceritanya biar saya tahu bagaimana,  saat nenek masih muda berlayar ke  negeri seberang,” tanya sibocah rambut keriting dengan nada lirih ?  Sambil menutup buku ia berkata pada si bocah wanita berambut keriting itu, “ Jadi masih pingin dengar lanjutan ceritanya nenek,  tapi apa manfaatnya masa lalu nenek buatmu?, ”  kata nenek pada si bocah wanita berambut keriting itu.  “Akukan cuma pingin tahu saja ne, siapa tau suatu saat nanti aku juga keliling dunia, ha..ha.,” jawab si bocah itu meyakinkan neneknya.  Nenekpun luluh hatinya mendengar rayun dari si bocah wanita berambut keriting untuk melanjutkan cerita masa mudanya. 

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html

Untuk menjadi seorang pelaut ulung pertama, itu harus mencintai pekerjaan itu.  Apabila tidak maka sangat sulit untuk hidup  diatas kapal  karena banyak suka dukanya hidup diatas laut. Kedua harus punya surat-surat penting karena diatas kapal itu ibaratnya kita hidup dalam sebuah negara. Aturannya sendiri tidak seperti hidup di darat.  Setelah nenek tamat  dari Sekolah Pelayaran Pertama  Matros  Ancol  Jakarta  tahun  1940, nenek berlayar di dalam negeri dengan kapal seperti ini:  Kapal Waikelo  01 Agustus 1950, kapal Toba  tahun  1952, kapal Real tahun 1952 s/d 1953, kapal Pahut tahun 1953, kapal Valentin tahun 1953.  Waktu itu perusahan pelayaran kebanyakan dari Jerman dan Belanda.  Saat nenek masuk pertama di atas kapal itu Kaptennya Orang Israel. Orangnya tinggi besar namun baik hati. Ia memanggil nenek itu Nadus, kalau di kampungkan orang memanggil nenek itu,  Boli Pito. Semuanya itu dari permintaan perusahan jadi kita di kapal itu berpindah-pindah tempat. 

Walaupun kita sekolah pelayaran namun tidak memiliki sertifikat pelayaran sama saja, kita  lamar keperusahan tidak akan di terima. Nenek sendiri sampai mengambil surat seperti ini: Pelatihan keahlihan pelayaran Panderwala  Ancol Jakarta 1952  selama 3 bulan, Pelatihan  keahlihan Juru Mudi  Ancol Jakarta tahun 1953 selama 3 bulan, Pelatihan  keahlihan  mualim  3, tahun 1954 selama 3 bulan, Pelatihan keahlihan mualim  2,  tahun 1955 selama 3 bulan. Surat-surat seperti ini  kita  layak untuk berlayar.  Jadi sekolah itu sangat penting buat  kita kalau tidak orang akan menipu kita gampang saja.     “ Kamu mau supaya orang lain menipuh kamu  karena tidak tahu tulis baca?”  Tanya nenek pada si boca wanita berambut keriting itu.  Makanya kalau sekolah itu harus rajin dan serius dalam belajar, “ Ia ne saya serius belajar, “ jawab si bocah sambil membersihkan kening karena keringat bercucuran.

Nenek saat keluar Negeri pertama kali, saat itu masih sekolah untuk praktek. Kami berlayar dengan Kapal Cigli tahun  1941-1947  tujuan  Austraia. Saat keluar dari laut sawu ombak begitu besar  namun kapalnya panjang sehingga mengimbangi gelombang laut yang hampir setinggi rumah kamu di kampung lama itu. “ Ombak tinggi sekali tu ka ne, tapi bagaimana perasaan nenek saat itu, “ tanya si bocah berambut keriting begitu serius ? “ Nenekkan pertama kali  baru alami sehingga hati nenek berdebar juga tapi, nenek di kampung biasa selam untuk panah ikan le. “  jawab nenek menghibur hati si boca wanita wanita berambut kerting itu.  Nenekpun melanjutkan ceritanya.  Pada tahun 1951 nenek berlayar dengan menggunakan Kapal Karsik,  tahun 1951 s/d 1953 ke Suriname.   Kalau ke  Pnompen, Birma, Kamboja, Laos, Vietnam itu nenek muat beras, ikan kering daerahnya seperti kita di Lamahora, asam juga banyak.

Di Suriname itu orang Indonesia banyak yang hidup disana. Orang kita dari suku Jawa yang dulunya di bawa oleh orang Belanda untuk bekerja dan pada akhirnya menetap disana. Keturunan orang Jawa bedanya badanya tinggi besar tapi hidungnya tetap pesek. Orang Suriname juga memiliki bahasa Jawa seperti di Indonesia. Nenek Juga berlayar ke Madagaskar, Afrika selatan.

Selanjutnya nenek di Kapal Reinir 1953 /d 1954,  Mesir, Irak, Kuwait, Israel tujuan kami saat itu untuk mengambil kapal Musi  ke Indonesia.  Namun  saat itu pas musim haji sehingga  penumpang dari Indonesia itu banyak yang hendak beribadah di Tanah Suci di Arab Saudi.
Nenek pindah lagi ke Kapal Van den Burr  1954 s/d 1955,  dengan tujuan ke Kobe Jepang mengangkut biji besi.  Berlayar ke  Birma, Kamboja, Laos, Vietnam,  Afrika Selatan untuk muat beras, ikan asin.
Dan terakhir nenek di Kapal Musi untuk mengamkut minyak sejak akhir tahun 1955 s/d 3 Maret 1956,  dengan tujuan ke Kokos Australia,  pergi pulang. Kapal Musi itu kapalnya kecil  namun memiliki  ukuran panjang sehingga  menahan gelombang laut sawu. 

Begitulah cerita  nenek saat masih muda sebagai seorang pelaut.  Jadi kalau ada niat masuk ke sekolah pelayaran saja seperti nenek ya.  Nenek kerja di kapal dengan ijasa  tingkat II atau orang menyebut mualim II, jadi kalau ada niat sekolah sampai selesai jangan seperti nenek. Bapa besarmu dulu pernah sekolah juga tapi ia akhirnya menjadi seorang Tentara. 


https://anaklaut1.blogspot.com/2018/06#petualangan-anak-desa-mengarungi-laut-yang-luas.html



Akhir bulan Maret 1956 nenek pulang kampung, sesampainya di kampung terjadilah peristiwa pembunuhan Pater Conrardus Becher, SVD oleh teman kelas nenek saat kami sekolah di Lerek. Namanya Bernardus Baha Wawin orangnya nakal saat kami sekolah. Peristiwa pembunuhan saat itu nenek yang melindunginya di rumah. Kebetulan Bapa kecil nenek saat itu seorang temukun aparat desa namanya, Yohanes Kia Lejab.  Nenek yang antar pelaku pembunuhan sampai ke Lebala untuk di bawah ke Ende dan di penjarakan di Nusa Kembangan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar