Menjelang
matahari  terbenam suasana pantai semakin
banyak orang berdatangan. Ada yang  sambil  duduk, ada yang berdiri seolah-olah ada acara
pesta.  Apa bila  bulan purna  tempat ini 
menjadi sebuah tempat berkumpul. Ada kumpulan orang tua, ada beberapa
anak ada pula yang berbaur.  Semuanya
seakan-akan  larut dalam diam dengan
pikiran masing-masing.  Dari kejauhan
terdengan bunyi gendang seolah membangnkan semua orang dalam heningnya malam.
Seakan-akan purnama malam ini tak se begitu indah dari suara si boca wanita
berambut keriting,  di iringi bunyi
gendang nan merdu. Suasana yang tadinya 
hening memberikan semangat  bagi
semua yang berkumpul di atas hamparan pasir putih pesisir pantai Lamahora.
Lelaki  ibu-ibu serta anak-anak muda  membuat sebuah lingkaran.  Lingkaran yang dibentuk dengan posisi  berdiri selang-seling diantara laki-laki  dan wanita. Semua orang larut dalam lagu dan
tarian dolo-dolo. Jika sudah lelah dalam lagu dan tarian dolo-dolo maka,  ada yang duduk-duduk diatas pasir putih.  Ada yang mengantuk  memilih untuk pulang rumah, bahkan ada yang
menghabiskan malam tidur diatas pasir. Ini merupakan hal biasa yang
terjadi  apa lagi cuacanya panas  dan angin malam dari arah laut akan membuat
mata ngantuk. 
Di pagi ini
semua anak-anak muda yang semalam tidur di pantai ada yang sudah bangun dengan
cerita berbagai topik. Ada yang dengan posisi telungkup di atas pasir, ada yang
menengada ke langit, ada yang menyamping, ada yang bentuk  tanda tanya, ada yang kelaut, kedarat semua
posisi itu yang dirasa nyaman.  Yang
menyamakan diri mereka adalah nowing/sarung yang dipakai dengan motif yang
berbeda sesuai asalmotif dari budaya dan suku di tempat ini. Beginilah suasana
pagi ini di pantai, anak muda tidak mungkin tinggal diam. Ada yang pulang rumah
untuk mandi, minum kopi atau minum teh sehingga dapat memulai aktifitas
kerjanya masing-masing. Anak-anak bermain kejar-kejaran diatas pasir kadang  berlari menceburkan diri di laut.  Berenang dan bermain pasir seolah sebuah
impian tertuang dalam gumpalan-gumpalan pasir. Ada yang membentuk  pasir menyerupai rumah,  bukit bahkan ada yang membuat tulisan-tulisan
sebagai bayang  impian masa depan.
Si Boca kecil
berambut keriting berlarian sambil memegang kain sarungnya sambil berteriak
kami cungkil matahari po...reu.  Apa  katamu tanya Resti sambil berteriak?   “ Kami cungkil matahari po reu”   Sambil ngomel ia berkata,  Semalam saya pulang kampung ada urusan jadi
tidak ikut dolo-dolo le reu.... Tapi bagaimana dengan teman-teman, ada banyak tidak
yang ikut bergabung, tanya Resti sambil berlari karena sudah hampir jam untuk
masuk sekolah.  “ Banyak.....Nogo Losor
juga baru pulang rumah tu “, jawab si boca wanita berambut keriting.
 Banyak anak-anak
mudah yang tidur semalam pulang rumah karena, ombak besar sehingga sarung
mereka basah kuyup dan melanjutkan tidur di rumah masing-masing.  Pantas semalang begitu banyak yang tidur di
pantai namun, semua pada pulang mengindari ombak besar. Mungkin karena bulan
sudah tinggi sehingga air pasang naik. Kebiasaan air di muara ini jika memasuki
bulan Juli maka, pondok-pondok kecil disepanjang pantai di genangi air laut.
Terlihar dari jauh si bocah wanita terlihat begitu rapih hendak menuju
sekolah.  Kebiasaan mengikuti acara pesta
 baik itu pesata nikah atau sambut baru
pasti pulangnya  larut malam. Namun jam masuk
sekolah selalu tanpa tawaran. Biasa di istilahkan urat pesta tapi ingat,  sekolah tidak boleh terlambat.  
Ini yang
terjadi di daerah ini karena,  budaya
serta adat istiadat  lamaholot yang sudah
tertanam dalam diri sehingga nyanyian dan tarian menjadi ajang untuk saling
bergembiraria dikalah lelah saat lelah berkerja. Banyak aturan dari Gereja,
sekolah yang melarang agar kebiasaan untuk pesta dikurangi atau ditiadakan
cukup minum bersama saat  pulang dari
acara sambut baru. Sekarang dari kepolisian sudah membatasi acara pesta hanya
sampai jam 24.00.  Hal ini mungkin dapat
mengurangi acara pesta namun sebaliknya. Orang mulai acar dolo-dolo sejak
pulang gereja karena malam hari acara mc terlalu lama. Paling jam 22.00 acara dolo-dolo
baru di muli karena mc kewago/omong banyak sehingga Cuma dua jam orang
bergembiraria. Istilah bocah bakar batu bata saja kami joget dan menari le apalagi acara
besar ini, elam bo tata. Inilah budaya yang 
mesti di lestarikan dengan mengacu pada berbagai aturan adat sehingga mengikat
agar masyarakat lebih memahami budaya lamaholot yang menyatukan berbagai suku.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar