Jumat, 27 Juli 2018

Anak Desa Menyanyi Dan Bermain musik di Tepian Laut


Menjelang matahari  terbenam suasana pantai semakin banyak orang berdatangan. Ada yang  sambil  duduk, ada yang berdiri seolah-olah ada acara pesta.  Apa bila  bulan purna  tempat ini  menjadi sebuah tempat berkumpul. Ada kumpulan orang tua, ada beberapa anak ada pula yang berbaur.  Semuanya seakan-akan  larut dalam diam dengan pikiran masing-masing.  Dari kejauhan terdengan bunyi gendang seolah membangnkan semua orang dalam heningnya malam. Seakan-akan purnama malam ini tak se begitu indah dari suara si boca wanita berambut keriting,  di iringi bunyi gendang nan merdu. Suasana yang tadinya  hening memberikan semangat  bagi semua yang berkumpul di atas hamparan pasir putih pesisir pantai Lamahora. Lelaki  ibu-ibu serta anak-anak muda  membuat sebuah lingkaran.  Lingkaran yang dibentuk dengan posisi  berdiri selang-seling diantara laki-laki  dan wanita. Semua orang larut dalam lagu dan tarian dolo-dolo. Jika sudah lelah dalam lagu dan tarian dolo-dolo maka,  ada yang duduk-duduk diatas pasir putih.  Ada yang mengantuk  memilih untuk pulang rumah, bahkan ada yang menghabiskan malam tidur diatas pasir. Ini merupakan hal biasa yang terjadi  apa lagi cuacanya panas  dan angin malam dari arah laut akan membuat mata ngantuk. 
 
https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
Di pagi ini semua anak-anak muda yang semalam tidur di pantai ada yang sudah bangun dengan cerita berbagai topik. Ada yang dengan posisi telungkup di atas pasir, ada yang menengada ke langit, ada yang menyamping, ada yang bentuk  tanda tanya, ada yang kelaut, kedarat semua posisi itu yang dirasa nyaman.  Yang menyamakan diri mereka adalah nowing/sarung yang dipakai dengan motif yang berbeda sesuai asalmotif dari budaya dan suku di tempat ini. Beginilah suasana pagi ini di pantai, anak muda tidak mungkin tinggal diam. Ada yang pulang rumah untuk mandi, minum kopi atau minum teh sehingga dapat memulai aktifitas kerjanya masing-masing. Anak-anak bermain kejar-kejaran diatas pasir kadang  berlari menceburkan diri di laut.  Berenang dan bermain pasir seolah sebuah impian tertuang dalam gumpalan-gumpalan pasir. Ada yang membentuk  pasir menyerupai rumah,  bukit bahkan ada yang membuat tulisan-tulisan sebagai bayang  impian masa depan.

Si Boca kecil berambut keriting berlarian sambil memegang kain sarungnya sambil berteriak kami cungkil matahari po...reu.  Apa  katamu tanya Resti sambil berteriak?   “ Kami cungkil matahari po reu”   Sambil ngomel ia berkata,  Semalam saya pulang kampung ada urusan jadi tidak ikut dolo-dolo le reu.... Tapi bagaimana dengan teman-teman, ada banyak tidak yang ikut bergabung, tanya Resti sambil berlari karena sudah hampir jam untuk masuk sekolah.  “ Banyak.....Nogo Losor juga baru pulang rumah tu “, jawab si boca wanita berambut keriting.
https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
 Banyak anak-anak mudah yang tidur semalam pulang rumah karena, ombak besar sehingga sarung mereka basah kuyup dan melanjutkan tidur di rumah masing-masing.  Pantas semalang begitu banyak yang tidur di pantai namun, semua pada pulang mengindari ombak besar. Mungkin karena bulan sudah tinggi sehingga air pasang naik. Kebiasaan air di muara ini jika memasuki bulan Juli maka, pondok-pondok kecil disepanjang pantai di genangi air laut. Terlihar dari jauh si bocah wanita terlihat begitu rapih hendak menuju sekolah.  Kebiasaan mengikuti acara pesta  baik itu pesata nikah atau sambut baru pasti pulangnya  larut malam. Namun jam masuk sekolah selalu tanpa tawaran. Biasa di istilahkan urat pesta tapi ingat,  sekolah tidak boleh terlambat.  

Ini yang terjadi di daerah ini karena,  budaya serta adat istiadat  lamaholot yang sudah tertanam dalam diri sehingga nyanyian dan tarian menjadi ajang untuk saling bergembiraria dikalah lelah saat lelah berkerja. Banyak aturan dari Gereja, sekolah yang melarang agar kebiasaan untuk pesta dikurangi atau ditiadakan cukup minum bersama saat  pulang dari acara sambut baru. Sekarang dari kepolisian sudah membatasi acara pesta hanya sampai jam 24.00.  Hal ini mungkin dapat mengurangi acara pesta namun sebaliknya. Orang mulai acar dolo-dolo sejak pulang gereja karena malam hari acara mc terlalu lama. Paling jam 22.00 acara dolo-dolo baru di muli karena mc kewago/omong banyak sehingga Cuma dua jam orang bergembiraria. Istilah bocah bakar batu bata saja kami joget dan menari le apalagi acara besar ini, elam bo tata. Inilah budaya yang  mesti di lestarikan dengan mengacu pada berbagai aturan adat sehingga mengikat agar masyarakat lebih memahami budaya lamaholot yang menyatukan berbagai suku.
               
https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
Jika hal ini baik tentu kita yakin seluruh eleman masyarakat akan bergandengan tangan untuk mempertahankan budaya Lamaholot. Namun banyak peristiwa  terjadi akibat dari pesta yakni kelebihan minum tuak sehingga banyak peristiwa perkelahian dan juga kecelakaan lalulintas. Hal ini yang tidak di inginkan akibat mabuk pesta. Apabila sudah mabuk mestinya istirahat biar segala urusan pesta tidak  terbengkelai.   Masyarakat butuh pendampingan terutama anak-anak muda agar tidak larut dalam acara pesta yang membawa masalah bagi banyak orang.  Akibat dari mabuk orang jadi malas sebaiknya tuan pesta menyiapkan obat tidur/ctm e.. sehingga tepat jam 24.00 acara  bubar, mo racun go hae ama ha..,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar