Jumat, 27 Juli 2018

Petualangan Anak Desa Mengarungi Laut Yang Luas

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html



Tatapan matanya seakan-akan hendak mengambil alih tugas namun karena sudah termakan usia sehingga tidak dapat berkata. Tiba- si boca wanita berambut keriting menghapirinya sambil berkata “ Nenek mau minum teh biar saya buatkan, “  tanya si boca tersenyum.   Sambil tersenyum ia berkata, “ Tidak usah, nenek sudah minum barusan.  Keduanya akrab dengan kesibukan masing-masing sambil bercerita.  Kamu bisa tidak melaut seperti nenek.  Tanya si bocah karena suara yang keluar dari ulut kurang kedengaran. Kamu bisa tidak turun ke laut seperti waktu nenek masih muda dulu. Denga spontan si bocah  berkata ia nene, setiap  hari libur kami turun laut untuk mandi.  

Nenek akhirnya mulai bercerita. Dulunya nenek hidup di atas laut dari satu tempat ketempat lain dengan berlayar menggunakan kapal-kapal besar.  Awalnya sejak nenek menamatkan pendidikan Standard Pervol Scoll tahun  1937 di Larantuka.  O, jadi nenek juga pernah sekolah ya. Ia nenek sekolah sejak jaman Belanda. Nenek masuk tahun 1934 setelah tamat sekolas dasar, dulunya SR Lerek  tahun 1932. Berpa lama nenek di sekolah dasar.  Tepatnya nenek masuk SR Lerek tahun 1929 sampai denga tahun 1932, berarti nenek butuh hanya tiga tahun waktu  dis ekolah.  Ko bisa  begitu nenek hanya tiga tahun, sedangkan kami sampai enam tahun. 


Duluh nenek sekolah tiga tahun dan bisa mengajar tapi nenek tidak maun dan melanjutkan hingga tamat di sekolah Belanda yakni Standard Pervol Scoll tahun  1937 di Larantuka.   Setelah nenek tamat  Standard Pervol Scoll nenek meninggalkan Larantuka menuju ke Kupang.  Dari Kupang berlayar ke Makasar dan kerja di salah satu perusahan baja yang ada di sana.  Dari perusahan baja nenek di panggil untuk masuk menggantikan se orang teman karena cuti sehingga posisi di kapal  lowong. Nenekpun akhirnya kerja di atas kapal selama beberapa tahun.  “Jadi nenek berhenti dari kapal ya, “  tanya siboca keheranan. Tidak, nenek tidak berhenti namun kerja di kapal itu bukan hanya kita  masak, atau bersihkan dek tapi harus punya kealihan juga.  “ O, begitu ya nenek, sahut si boca wanita keheranan.

Nenek berangkat lagi ke pulau jawa untuk melanjutkan sekolah di tanah jawa.  Tepatnya  Sekolah Pelayaran Pertama  Matros  Ancol  Jakarta  tahun  1940. Nenek menyelesaikan pendidikan di sekolah Pelayaran tahun 1943. Setelah tamat nenek mulai berlayar dari  satu pulau kepulau yang lain untuk melayani masyarakat Indonesia.  “Nenek,  setelah tamat kapal apa yang  pertama kali  di bawah. O ya, nenek berlayar  dengan Kapal Waikelo, tanggal 01 Agustus 1950 untuk mengangkut pasukan ke Ambon. Saat itu nenek menjadi mualim 3 di KM Waikelo yang mengangkut pasukan terakhir  yakni Pasukan Siliwangi yang di pimpin oleh  Kapten Kawilarang dan Slamed Ryadi. Berati nenek juga turut ambil bagian dalam peristiwa RMS ya.  Nenek hanya bawa kapal saja namun, pernah nenek baca  salah satu tulisan dalam buku yakni tentang peristiwa RMS.  Slamed Ryadi pada akhirnya di tembak mati di benteng viktori oleh orang Ambon. Anak Ambon itu adalah temannya sendiri saat masih sebagai tentara Knil Belanda sehingga kenal betul si Slamet Ryadi.  

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07/laut-adalah-rumah-dan-tempatku-bermain.html
Peristiwa itu nenek sangat prihatin karena saat masuk ambon musuh di darat mengangkat bendera merah putih.  Pada akhirnya kapal dari teman nenek yang membawah tentara lebih dulu semuanya menjadi korban. Nenek disuruh mundur dan memutar haluan untuk menurunkan pasukan dari arah belakang. Seperti osisi kita di waiteba namun, nenek harus putar kapal untuk turunkan pasukan di Lebala.  Dengan pasukan siliwangi yang di pimpin oleh Kapten Kawilarang pasukan kita akhirnya menang. Pasukan yang nenek bawah juga banyak yang luka parah sehing nenek dengan skoci mengangkut semuanya masuk dalam kapal untuk di bawah ke Surabaya. Namun pada  akhirnya Slamet Ryadi juga gugur di benteng Viktori. Setelah  pasukan kita  sudah menguasai Bapak Presiden RI tiba juga di Ambon untuk melihat situasi dan kondisi.  Saat Bapak Presiden tiba nenek menerima sandi mouree dari  Jakarta dengan pesan bahwa ibu Fatmawati telah melahirkan seorang anak perempuan. Bapak Presiden memberikan nama putri Maluku. Siapa ya nene kira-kira  namanya sekarang e, mungkin Putri Fatmawati  e. 

https://anaklaut1.blogspot.com/2018/07#anak-desa-menyanyi-dan-bermain-musik-di-tepian-laut.html

“ Setelah dari Ambon nenek berlaya lagi kemana ya ne, “ tanya si boca wanita berambut keriting. Seolah-olah ingin mengetahui semua peristiwa yang pernah nenek alami saat itu. “Dengan senyum diwajanya yang sudah berkeriput,” ia bekata keseluruh wilayah Indonesia. Nenekpun akhirnya menyelesaikan anyaman penutup belutu yang di pesan oleh bapa Yan untuk di  lepas di pantai Waijarang.  Si bocah pun mengiakan sambil berharap agar peristiwa yang di alami oleh nenek dapat dikisahkan kembali di waktu yang akan datang. Dengan cerita yang lain  dalam mengarungi samudara lautan ke Negeri seberang. 

Dari cerita ini memberikan semangat baru bagi si boca wanita berambut keriting merenung semua peristiwa ini daam hatinya. Ternya nenek diam-diam tapi sekolahnya tinggi juga ya. Kadang saya bawa buku bacaan kelihatan hobi membaca sangat tinggi. Nene Gelole menyiapkan namun,  jika ada buku baru di tangan pasti kita duluan makan.  Nene Gelole berkata, “ Kita makan lebih dulu besok itu nenemu ujian jadi birkan saja sebentar dia lapar baru makan” ha....nene ama.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar