Tatapan
matanya seakan-akan hendak mengambil alih tugas namun karena sudah termakan
usia sehingga tidak dapat berkata. Tiba- si boca wanita berambut keriting
menghapirinya sambil berkata “ Nenek mau minum teh biar saya buatkan, “ tanya si boca tersenyum. Sambil
tersenyum ia berkata, “ Tidak usah, nenek sudah minum barusan. Keduanya akrab dengan kesibukan masing-masing
sambil bercerita. Kamu bisa tidak melaut
seperti nenek. Tanya si bocah karena
suara yang keluar dari ulut kurang kedengaran. Kamu bisa tidak turun ke laut
seperti waktu nenek masih muda dulu. Denga spontan si bocah berkata ia nene, setiap hari libur kami turun laut untuk mandi.
Nenek akhirnya
mulai bercerita. Dulunya nenek hidup di atas laut dari satu tempat ketempat
lain dengan berlayar menggunakan kapal-kapal besar. Awalnya sejak nenek menamatkan pendidikan Standard
Pervol Scoll tahun 1937 di Larantuka. O, jadi nenek juga pernah sekolah ya. Ia
nenek sekolah sejak jaman Belanda. Nenek masuk tahun 1934 setelah tamat sekolas
dasar, dulunya SR Lerek tahun 1932.
Berpa lama nenek di sekolah dasar.
Tepatnya nenek masuk SR Lerek tahun 1929 sampai denga tahun 1932,
berarti nenek butuh hanya tiga tahun waktu dis ekolah. Ko bisa
begitu nenek hanya tiga tahun, sedangkan kami sampai enam tahun.
Duluh nenek sekolah tiga tahun
dan bisa mengajar tapi nenek tidak maun dan melanjutkan hingga tamat di sekolah
Belanda yakni Standard Pervol Scoll tahun
1937 di Larantuka. Setelah nenek
tamat Standard Pervol Scoll nenek
meninggalkan Larantuka menuju ke Kupang.
Dari Kupang berlayar ke Makasar dan kerja di salah satu perusahan baja
yang ada di sana. Dari perusahan baja
nenek di panggil untuk masuk menggantikan se orang teman karena cuti sehingga
posisi di kapal lowong. Nenekpun
akhirnya kerja di atas kapal selama beberapa tahun. “Jadi nenek berhenti dari kapal ya, “ tanya siboca keheranan. Tidak, nenek tidak
berhenti namun kerja di kapal itu bukan hanya kita masak, atau bersihkan dek tapi harus punya kealihan
juga. “ O, begitu ya nenek, sahut si boca
wanita keheranan.
Nenek
berangkat lagi ke pulau jawa untuk melanjutkan sekolah di tanah jawa. Tepatnya Sekolah Pelayaran Pertama Matros
Ancol Jakarta tahun
1940. Nenek menyelesaikan pendidikan di sekolah Pelayaran tahun 1943. Setelah
tamat nenek mulai berlayar dari satu
pulau kepulau yang lain untuk melayani masyarakat Indonesia. “Nenek,
setelah tamat kapal apa yang pertama kali di bawah. O ya, nenek berlayar dengan Kapal Waikelo, tanggal 01 Agustus 1950
untuk mengangkut pasukan ke Ambon. Saat itu nenek menjadi mualim 3 di KM
Waikelo yang mengangkut pasukan terakhir
yakni Pasukan Siliwangi yang di pimpin oleh Kapten Kawilarang dan Slamed Ryadi. Berati
nenek juga turut ambil bagian dalam peristiwa RMS ya. Nenek hanya bawa kapal saja namun, pernah
nenek baca salah satu tulisan dalam buku
yakni tentang peristiwa RMS. Slamed
Ryadi pada akhirnya di tembak mati di benteng viktori oleh orang Ambon. Anak
Ambon itu adalah temannya sendiri saat masih sebagai tentara Knil Belanda
sehingga kenal betul si Slamet Ryadi.
Peristiwa itu
nenek sangat prihatin karena saat masuk ambon musuh di darat mengangkat bendera
merah putih. Pada akhirnya kapal dari
teman nenek yang membawah tentara lebih dulu semuanya menjadi korban. Nenek
disuruh mundur dan memutar haluan untuk menurunkan pasukan dari arah belakang.
Seperti osisi kita di waiteba namun, nenek harus putar kapal untuk turunkan
pasukan di Lebala. Dengan pasukan
siliwangi yang di pimpin oleh Kapten Kawilarang pasukan kita akhirnya menang. Pasukan
yang nenek bawah juga banyak yang luka parah sehing nenek dengan skoci
mengangkut semuanya masuk dalam kapal untuk di bawah ke Surabaya. Namun pada akhirnya Slamet Ryadi juga gugur di benteng
Viktori. Setelah pasukan kita sudah menguasai Bapak Presiden RI tiba juga
di Ambon untuk melihat situasi dan kondisi.
Saat Bapak Presiden tiba nenek menerima sandi mouree dari Jakarta dengan pesan bahwa ibu Fatmawati telah
melahirkan seorang anak perempuan. Bapak Presiden memberikan nama putri Maluku.
Siapa ya nene kira-kira namanya sekarang
e, mungkin Putri Fatmawati e.
“ Setelah dari Ambon nenek
berlaya lagi kemana ya ne, “ tanya si boca wanita berambut keriting. Seolah-olah
ingin mengetahui semua peristiwa yang pernah nenek alami saat itu. “Dengan
senyum diwajanya yang sudah berkeriput,” ia bekata keseluruh wilayah Indonesia.
Nenekpun akhirnya menyelesaikan anyaman penutup belutu yang di pesan oleh bapa
Yan untuk di lepas di pantai
Waijarang. Si bocah pun mengiakan sambil
berharap agar peristiwa yang di alami oleh nenek dapat dikisahkan kembali di
waktu yang akan datang. Dengan cerita yang lain
dalam mengarungi samudara lautan ke Negeri seberang.
Dari cerita ini memberikan
semangat baru bagi si boca wanita berambut keriting merenung semua peristiwa
ini daam hatinya. Ternya nenek diam-diam tapi sekolahnya tinggi juga ya. Kadang
saya bawa buku bacaan kelihatan hobi membaca sangat tinggi. Nene Gelole
menyiapkan namun, jika ada buku baru di
tangan pasti kita duluan makan. Nene Gelole
berkata, “ Kita makan lebih dulu besok itu nenemu ujian jadi birkan saja
sebentar dia lapar baru makan” ha....nene ama.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar